Ketika mendengar atau membaca kata jentik atau abate, pemikiran kita hampir pasti akan tertuju pada seekor serangga penghisap darah bernama nyamuk. Nyamuk sendiri adalah hewan yang tergolong ke dalam jenis serangga yang berbahaya.
Nyamuk datang membawa bibit penyakit yang dapat ditularkan
kepada manusia. Dan salah satu jenis nyamuk yang paling berbahaya adalah nyamuk
Aedes Aegypti atau yang lebih akrab dikenal dengan nyamuk demam berdarah.
Aedes Aegypti menularkan demam berdarah pada manusia melalui
alat penghisap yang sudah terinfeksi virus. Virus tersebut kemudian masuk ke
dalam tubuh calon penderita melalui darah. Jika infeksi tersebut tidak segera
ditangani dengan cepat dan tepat, tentu akan berakibat fatal, bahkan dapat
mengancam keselamatan jiwa.
Maka mengingat betapa berbahayanya penyakit demam berdarah,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo, Dr. H. Baso Rahmanuddin, M, M.Kes
melalui Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Wajo telah mengamanatkan agar
kiranya di Kabupaten Wajo jangan ada lagi kasus demam berdarah.
Dan demi
tercapainya cita-cita tersebut, tentu upaya dari tenaga kesehatan semata tak
akan cukup, melainkan butuh partisipasi aktif masyarakat, dalam hal ini Kader
Jumantik sebagai perpanjangan tangan dari petugas Puskesmas.
Sebagai tindak lanjut, juga sebagai bentuk dukungan dan
komitmen dalam mencegah DBD, Pemerintah Desa Nepo dengan cepat dan sigap
melaksanakan Sosialisasi Pemantauan Jentik dan Tata Cara Pemakaian Abate. Tak hanya
itu, pemerintah desa pun telah mengangkat delapan kader jumantik (juru pemantau
jentik) yang akan bertugas memantau jentik di setiap rumah tangga di wilayah Desa
Nepo.
Sosialisasi tersebut dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1
Agustus 2017 di aula kantor Desa Nepo. Peserta sosialisasi adalah warga Desa
Nepo yang terdiri dari para kader posyandu, anggota karang taruna, ibu-ibu rumah
tangga dan staf desa yang semuanya berjumlah 30 orang. Dan ditambah beberapa
orang petugas Puskesmas Tanasitolo.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Desa Nepo, Ambo
Enre Ontong. Beliau sangat mendukung terlaksananya program tersebut. Dijelaskan
pula bahwa program pencegahan DBD merupakan salah satu program peningkatan dan
layanan kesehatan dasar yang
termasuk dalam bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan di danai oleh Dana Desa.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang segala
hal yang berhubungan dengan demam berdarah oleh perwakilan dari Puskesmas
Tanasitolo, Muh. Bakri. Di dalam sesi ini, para peserta mendapatkan banyak
sekali informasi dan pengetahuan yang sangat bermanfaat.
Selepas sesi tanya jawab oleh Bapak Muh. Bakri, acara
dilanjutkan dengan sambutan oleh perwakilan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Wajo sekaligus penyerahan ransel yang berisi seperangkat peralatan
pemantau jentik secara simbolis.
Tak lupa pula, pemerintah desa membagikan bubuk abate kepada masing-masing tamu undangan. Hal ini merupakan wujud keseriusan pemerintah desa dalam mencegah dan memberantas jentik nyamuk dan/atau nyamuk demam berdarah.
Dengan terlaksananya sosialisasi ini, tentunya pemerintah
desa mengharapkan agar kiranya Desa Nepo dapat mendapatkan status Zero DBD atau
nol kasus DBD pada khususnya dan Kabupaten Wajo pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar