Selasa, 23 Mei 2017

DISKUSI BERSAMA ZEKI TOMOYA TENTANG PENGOLAHAN TANAMAN ECENG GONDOK


Kepala Desa Nepo bersama Zeki Tomoya, Direktur Eksekutif IPPM dan Wakil Ketua BPD Desa Nepo

Hari Selasa, tanggal 23 Mei 2017 merupakan hari yang membahagiakan bagi warga Desa Nepo. Bagaimana tidak, di hari tersebut kami kedatangan tamu istimewa dari Jepang. 

Adalah Zeki Tomoya, Wakil Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia bersama dengan tim dari Institut Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (IPPM) datang mengajak masyarakat untuk berdiskusi dan berdialog secara interaktif terkait pengolahan tanaman eceng gondok yang ada di perairan Danau Tempe.

Acara dimulai pada pukul 15.00 WITA dan dihadiri oleh 25 warga Desa Nepo dari berbagai latar belakang, antara lain anggota BPD, anggota LPMD, Tokoh Masyarakat dan juga masyarakat nelayan. 

Diskusi dibuka oleh Kepala Desa Nepo. Di dalam sambutannya beliau mengungkapkan rasa terima kasih atas kesediaan tim untuk datang berkunjung dan berbagi pengetahuan dengan warga. Beliau juga mengharapkan bahwa acara serupa jangan sampai hanya berakhir sampai di sini, akan tetapi terus berlanjut. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kondisi Danau Tempe yang sekarang ini cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, butuh kerjasama dari semua elemen untuk mengembalikan kondisi Danau Tempe seperti semula.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan singkat dari Hidayat Palaloi, SE. MM., selaku Direktur Ekskutif IPPM yang membahas tentang bagaimana IPPM bekerja sama dengan pihak Jepang untuk mengatasi masalah eceng gondok ini. 

Selanjutnya, acara diskusi  pun dimulai. Zeki Tomoya yang ternyata cukup fasih berbahasa Indonesia mulai menyampaikan tentang keprihatinannya dengan kondisi Danau Tempe. Tempat yang dulu terkenal dengan sebutan “Mangkuk Ikan Air Tawar Indonesia” tersebut, kini mulai mengalami pendangkalan.

Pada kurun waktu 1948–1969 produksi ikan di Danau Tempe tiap tahun bisa mencapai 37.000–40.000 ton. Bahkan tahun 1957- 1959 sempat mencapai angka 50.000 ton / tahun. Namun sejak 3 dekade terakhir hasil produksi ikan di Danau Tempe cenderung terus merosot. Berdasarkan Data dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Wajo, pada tahun 2013 misalnya, produksi ikan hanya mencapai 11.794 ton saja (Hidayat Palaloi, Syamsuddin Kasau, Syafruddin, Herman, 2015; 3). 

Kondisi tersebut tentu merupakan akibat dari kerusakan lingkungan.  Pendangkalan Danau, pembabatan kawasan hutan dan penyalahgunaan bantaran sungai menjadi penyebab timbulnya berbagai masalah di Danau Tempe.

Salah satu masalah terbesar yag kerap dihadapi adalah banjir. Dan pada kondisi seperti inilah tumbuhan eceng gondok mulai memenuhi permukaan Danau. Hal ini tentu saja menjadi ancaman tersendiri bagi warga.

Hal inilah yang Zeki Tomoya dan tim dari IPPM coba untuk bahas. Mereka menawarkan solusi untuk mencegah agar Danau tempe tidak semakin rusak. Melalui program Pengolahan Eceng Gondok menjadi pupuk organik dan biogas, diharapkan agar warga dapat melihat sisi terang dan manfaat eceng gondok. 

Jika dulunya sering dianggap musuh, mereka mengajak kita untuk mengubah pola pikir untuk mulai melihat tanaman tersebut sebagai sahabat. 

Tujuan dari program ini sendiri agar masyarakat semakin mandiri dalam hal ekonomi,  semakin kreatif, inovatif dan produktif sehingga pendapatan keluarga dapat meningkat dan tentunya Danau Tempe tidak semakin rusak. 

Mereka berharap agar masyarakat Desa Nepo mau dan bersedia mendukung terlaksananya program tersebut.

LOMBA POSYANDU LANSIA TINGKAT PROVINSI, NEPO MERAIH JUARA PERTAMA

Lansia sebagai penduduk dengan tingkat kemampuan fisik dan mental yang sudah berkurang atau tak lagi kokoh perlu mendapatkan perhatian l...